Sabtu, 18 Maret 2017

PENGERTIAN PSIKOTERAPI DAN BENTUK-BENTUK PENDEKATAN DALAM PSIKOTERAPI

PENGERTIAN PSIKOTERAPI

            Psikoterapi berasal dari dua kata yaitu “psyche” dan “therapy”. Kata “psyche” memiliki arti jiwa, sedangkan kata “therapy” memiliki arti pengobatan. Psikoterapi merupakan suatu intervensi interpersonal relational yang digunakan oleh psikoterapis untuk membantu pasien/client dalam menghadapi problem-problem kehidupannya.
            Definisi psikoterapi menurut Lewis R. Wolberg (1977) adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional, dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien/client yang bertujuan untuk:
·         Menghilangkan, mengubah, atau menurunkan gejala-gejala yang ada
·         Memperantarai perbaikan pola tingkah laku yang terganggu
·         Meningkatkan pertumbuhan serta mengembangkan kepribadian yang positif



BENTUK TERAPI HUMANISTIK

            Psikologi humanistik adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Aliran psikologi humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap manusia.
            Tujuan utama dari psikoterapi humanistik adalah untuk mendukung perkembangan aktualisasi diri. Kaum humanis percaya bahwa masalah psikologis (depresi, kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan makan, dan bentuk psikopatologi lain) adalah produk sampingan dari proses pertumbuhan yang terhambat. Tugas terapis humanistik adalah dengan melalui hubungan terapeutik, menciptakan sebuah iklim sehingga klien dapat mengembalikan pertumbuhan alamiah mereka ke arah kesejahteraan psikologis.
            Sebagai contoh kasus dari terapi humanistik yang saya ambil dalam jurnal Menurunkan Kecemasan Sosial melalui Pemaknaan Kisah Hidup yang dibuat oleh Idei Khurnia Swasti dan Wisjnu Martani pada tahun 2013. Penulis mengatakan bahwa salah satu hambatan manusia untuk dapat terlibat dalam interaksi social adalah kecemasan. Dalam konteks ini, kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan social, yaitu ketakutan berlebihan menerima kritik dari orang lain, yang mengarahkan individu menghindari interaksi dengan sekelompok orang atau kelompok social. Kecemasan sosial menurut Stenberg pada tahun 1997 meningkat menjadi gangguan bila:

  1. Tingkat kecemasan yang dialami semakin irasional dan mengganggu efektivitas kegiatan sehari-hari
  2. Justifikasi terhadap kecemasan berlebihan, misalnya individu merasakan tingkat kecemasan tinggi tanpa stimulus pemicu
  3. Konsekuensi dari kecemasan membawa dampak negative menyeluruh dalam hidup individu
Kasus lapangan menunjukkan bahwa individu yang mengalami kecemasan sosial menolak menghadiri kegiatan sosial dalam masalah perkawinan (Sadarjoen, 2005), gagal ujian lisan perkuliahan (Swasti, 2008), dan mengalami simtom depresi sebagai gangguan penyerta (Rustika, 2003). Kecemasan sosial akan disertai dengan, setidaknya satu gangguan penyerta berupa gangguan kecemasan lainnya, gangguan suasana hati, ketergantungan obat-obatan, dan ketergantungan minuman keras (Chartier, Walker, & Stein, 2003).
Dampak negative dari kecemasan sosial tampak pada penurunan kesejahteraan subjektif dan kualitas hidup serta fungsi peran sosial dan perkembangan karir (Wittchen & Fehm, 2003). Penderita kecemasan sosial menilai dirinya lebih buruk daripada orang lain dan menurunkan kemampuan dan performasinya sehingga ia benar-benar lebih buruk (Asbaugh, Antony, McCabe, Schmidt, & Swinson, 2005).
Pada penelitian tersebut, penulis menggunakan pendekatan naratif yang digunakan untuk memahami identitas, karena manusia memiliki model naratif atas pemikirannya yang membentuk cerita berdasarkan pengalaman dan cerita tentang dirinya yang disesuaikan agar dapat diterima dan dianggap bernilai oleh lingkungan sosial (McLean & Pratt, 2006). Dalam praktiknya, terapi naratif merupakan terapi efektif yang menggunakan beberapa modalitas terapi dari pendekatan yang sudah ada (Besa, 1994). Terapi naratif berorientasi pada tujuan yang merupakan kekhasan pendekatan kognitif, namun juga menekankan pentngnya pemaknaan pada pengalaman hidup sebagaimana sering ditemukan pada pendekatan psikoanalisa. Penerimaan terapis yang tulus pada klien mengadaptasi konsep penerimaan tanpa syarat menggunakan pendekatan humanistik. Masing-masing modalitas ini dirangkai dalam satu paket yang bertujuan menguatkan dan memberdayakan klien.



BENTUK TERAPI BEHAVIORAL

            Pendekatan behavioral menekankan metode empiris dengan masalah dan kemajuan yang diukur dengan ukuran-ukuran yang dapat diobservasi dan dikuantifikasi. Tujuan utama dari psikoterapi behavioral adalah perubahan perilaku yang dapat diobservasi. Tujuan ini berlawanan dengan tujuan pendekatan psikodinamik dan humanistik, yang masing-masing menekankan proses-proses mental internal – yaitu masing-masing membuat yang tidak sadar menjadi sadar dan membantu perkembangan aktualisasi diri.
            Sebagai contoh kasus yang akan saya bahas dalam buku Psikologi Klinis edisi 3 karangan dari Andrew M. Pomerantz yang dialami oleh seorang narapidana di sebuah penjara anak-anak yang masih berusia 15 tahun bernama Patty. Patty ditangani oleh seorang psikolog klinis yang bernama Dr. Howard dengan menggunakan empat jenis penguatan (penguatan dan hukuman masing-masing dalam bentuk positif dan negatif). Baru-baru ini, Patty mudah marah meluap-luap dan menyerang ketika diantarkan dari selnya ke sesi-sesi harian di kelas. Sebagian serangan Patty begitu berbahayanya hingga membutuhkan penggunaan pengekangan fisik. Konsekuensi untukledakan kemarahan Patty adalah absen dari sekolah lalu ia kembali ke sel dan menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan sambil melihat-lihat majalah yang disetujui kepemilikannya bagi narapidana. Dr. Howard menganalisis perilaku Patty dan membuat hipotesis bahwa kontingensi yang dilakukan oleh staff penjara sebenarnya memperkuat, bukan menghukum respon kemarahannya. Dr. Howard mendiskusikan dengan staff penjara tentang empat kontingensi alternatif, yang masing-masing dapat menghasilkan perilaku yang lebih diinginkan Patty:
·         Penguatan positif: jika Patty mengikuti pelajaran di kelas tanpa ledakan verbal atau fisik, maka ia menerima majalah baru sesuai pilihannya
·         Penguatan negatif: jika Patty mengikuti pelajaran di kelas tanpa ledakan tertentu, maka kekangan di pergelangan kakinya akan dilepas untuk keesokan harinya
·         Hukuman positif: jika Patty terlibat dalam ledakan tertentu, maka ia akan ditahan selama 2 jam di sel tanpa majalah
·         Hukuman negatif: jika Patty terlibat dalam ledakan tertentu, maka semua majalahnya akan disita untuk keesokan harinya.



BENTUK TERAPI PSIKOANALISIS

            Sigmund Freud (1856-1939) adalah seorang pendiri psikoanalisis. Menurut Freud, pikiran-pikiran yang ditekan merupakan sumber perilaku yang menyimpang. Pandangan Freud secara lengkap yaitu:

  1. Kesadaran dan ketidaksadaran:
            Kesadaran dapat diibaratkan sebagai permukaan gunung es yang nampak, jadi kesadaran merupakan bagian kecil dari kepribadian. Ketidaksadaran yang merupakan bagian kecil dari gunung es di bawah permukaan air mengandung insting-insting yang mendorong perilaku manusia. Selanjutnya, Freud memiliki pandangan bahwa kepribadian terdiri dari id, ego, dan superego. Id merupakan bagian primitif dari kepribadian yang mengandung insting seksual dan insting agresif. Ego merupakan prinsip realitas yang menyesuaikan diri dengan realitas. Dan superego merupakan prinsip moral yang mengontrol perilaku dari segi moral.

  1. Insting dan kecemasan:
            Freud menyatakan bahwa insting terdiri dari insting untuk hidup dan insting untuk mati. Insting hidup ini mencakup rasa lapar, haus, dan seks. Sedangkan insting mati ini mencakup kekuatan destruktif yang dapat ditujukan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Ada 3 macam kecemasan yaitu kecemasan objektif yang merupakan kecemasan timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata. Kecemasan neurotik merupakan kecemasan akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif. Kecemasan moral merupakan kecemasan yang berkaitan dengan melanggar norma moral.

            Sebagai contoh kasus dalam terapi psikoanalisis ini adalah dalam terapi seni melukis pada pasien skizofrenia dan ketergantungan yang saya ambil dari jurnal “Terapi Seni Melalui Melukis pada Pasien Skizofrenia dan Ketergantungan Narkoba” yang dibuat oleh Sarie Rahma Anoviyanti pada tahun 2008. Tujuan dari terapi tersebut adalah untuk membantu pasien agar merasa lebih nyaman terhadap diri mereka sendiri karena dalam mengerjakan karya yang melibatkan kreatifitas, semua emosi dan pikiran yang mengendap akan tersalurkan, sehingga semua emosi dan pikiran tersebut pada akhirnya akan menjadi jelas akar permasalahannya karena terbacanya simbol-simbol dari bentuk yang ada pada karya tersebut, kadangkala dibentuk, baik secara sadar maupun tidak memiliki makna yang berhubungan secara langsung dengan akar permasalahan yang sedang dihadapi oleh pasien tersebut.
            Penelitian dilakukan melalui observasi lapangan melalui pengalaman berinteraksi langsung dengan penderita gangguan mental dan mencatat serta menganalisis segala bentuk perubahan yang terlihat pada saat proses berlangsung, studi pustaka mengenai terapi seni dan teori lainnya seperti teori gangguan mental, teori terapi seni dan kreativitas. Wawancara dilakukan dengan pakar dan ahli psikologi serta terapi seni untuk menunjang keabsahan data agar lebih akurat dan penulis juga melakukan pendekatan dari sudut pandang Psikoanalisa dan kritik seni dalam menganalisis sample gambar karya pasien yang terlibat.



SUMBER:

Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma

Pomerantz, Andrew M. (2013). Psikologi Klinis; Ilmu Pengetahuan, Praktik, dan Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Idrus, M. Faisal. 2016. Psikoterapi. http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/PSIKOTERAPI.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret 2017

Rachmahana, Ratna Syifa’a. 2008. Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan http://journal.uii.ac.id/index.php/Tarbawi/article/view/191. Diakses pada tanggal 15 Maret 2017

Anoviyanti, Sarie Rahma. 2008. Terapi Seni Melalui Melukis pada Pasien Skizofrenia dan Ketergantungan Narkoba. http://journals.itb.ac.id/index.php/jvad/article/view/68.  Diakses pada tanggal 17 Maret 2017


Swasti, Idei Khurnia dan Martani, Wisjnu. 2013. Menurunkan Kecemasan Sosial Melalui Pemaknaan Kisah Hidup https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7065. Diakses pada tanggal 18 Maret 2017 

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Translate