Pengertian
PTSD
PTSD (Post
Traumatic Stress Disorder) merupakan gangguan yang bersifat kompleks karena
gejala-gejala yang nampak menunjukkan kesimpulan dengan gejala depresi,
kecemasan dan gejala-gejala gangguan psikologis lain, namun tidak semua
gangguan psikologis yang sama tersebut termasuk dalam kriteria PTSD, sehingga
untuk memahami kompleksitas gejala PTSD maka perlu untuk mengidentifikasi
perbedaan antara stress, PTS dan PTSD.
Pengalaman traumatis tidak selalu berlanjut dalam bentuk
PTSD. Foa dan Rothbaum (1998) menyatakan bahwa bagi sebagian orang, trauma akan
dapat teratasi seiring berjalannya waktu, namun sebagian yang lain tidak. DSM
IV (APA, 1994) menyebutkan bahwa respon individual terhadap peristiwa traumatis
harus berupa ketakutan yang kuat, ketidakberdayaan (pada anak-anak respon harus
termasuk tingkah laku tidak terkendali dan gelisah). Karakteristik
gejala-gejala seperti individu dihadapkan pada trauma yang ekstrem antara lain
meliputi perasaan seolah-olah mengalami kembali kejadian tersebut secara terus
menerus. Individu berusaha untuk menghindari stimulus yang berhubungan dengan
trauma dan kemampuan untuk melakukan respon emosional secara positif menjadi
tumpul, namun di sisi lain individu akan mudah terprovokasi oleh hal-hal yang
mengingatkannya pada trauma yang dialaminya.
Diagnosis
PTSD
Diagnosis PTSD dapat ditegakkan bila simptom-simptom
muncul lebih dari satu bulan dan menyebutkan distress klinis yang signifikan
atau mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan atau aspek penting lainnya. Gejala
utama dari PTSD adalah:
1.
Mengalami peristiwa traumatis melalui
mengganggu ingatan menyedihkan, kilas balik, dan mimpi
buruk
2.
Mati rasa emosional dan menghindari
tempat-tempat, orang, dan
kegiatan yang menjadi
pengingat
trauma
3. Merasa
terputus dari orang lain dan negatif lainnya
perubahan
dalam kognisi (cara berpikir, pemahaman,
belajar, dan mengingat) dan suasana hati
4. Perubahan yang
ditandai dengan kurang gairah dan reaktivitas, termasuk sulit
untuk tidur dan berkonsentrasi, merasa gelisah, mudah teriritasi (sensitive), dan marah
Penyebab PTSD
Banyak ilmuwan sedang mempelajari mengapa beberapa orang banyak yang mengembangkan PTSD dan lainnya tidak. Beberapa berfokus pada gen yang berperan dalam menciptakan takut dalam sebuah kenangan, dan sebagainya yang sedang memeriksa bagian dari otak yang terlibat dalam transaksi dengan rasa takut dan stres. Jika situasinya semakin parah, dalam jangka waktu yang lama, atau berbahaya yang menyebabkan suatu peristiwa menjadi peristiwa traumatis, semakin rentan seseorang mengalami PTSD yang parah. Seseorang mengalami trauma dapat disebabkan oleh orang lain, seperti pemerkosaan, perang, dan penyerangan juga lebih cenderung menghasilkan dalam mengembangkan PTSD.
Treatment untuk PTSD
Hal ini melibatkan pertemuan tatap muka dengan psikolog berlisensi, pekerja sosial atau konselor kesehatan mental. Biasanya pertemuan ini dilakukan seminggu sekali selama satu jam dan fokus pada berbicara tentang peristiwa yang dialami oleh client. Salah satunya terapis menggunakan teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Pendekatan ini melihat cara-cara di mana seseorang berpikir tentang masalah, mereka belajar tanggapan terhadap pemicu tertentu yang terkait dengan masalah client dan cara-cara di mana pemikiran mereka memengaruhi keadaan emosional mereka. Perawatan ini sering menggunakan kombinasi paparan (sengaja berpikir tentang suatu situasi atau menghadapi situasi pemicu trauma) dan pelatihan relaksasi bersama dengan restrukturisasi kognitif atau mengubah cara pikir seseorang atau keyakinan tentang suatu peristiwa atau pemicu. Proses ini cenderung kepada “rasa mudah terpengaruh” respon seseorang terhadap pengingat suatu situasi, sehingga tidak lagi membawa dampak emosional yang sama. CBT telah baik diteliti dan telah terbukti menjadi pengobatan yang efektif untuk edukasi PTSD.
Beberapa jenis obat yang biasa digunakan terapis untuk client PTSD dapat mencakup:
· Anxiolitic (Anti-kecemasan). Termasuk obat seperti Xanax atau Ativan. Obat ini cenderung menjadi obat abadi yang membantu untuk mengurangi gairah fisiologis dan emosional dan mudah marah terkait dengan PTSD.
· Antidepresan. Ini adalah obat seperti Prozac, Paxil atau Zoloft. Penelitian telah menunjukkan obat-obat ini efektif dalam membantu mengurangi gejala PTSD keseluruhan termasuk lekas marah, depresi atau cemas suasana hati, marah, impulsif dan pikiran obsesif.
· Adrenergik. Kelas ini obat termasuk Propranolol dan Clonadine. Ini bertindak atas sistem adrenal dan membantu untuk tingkat gairah keseluruhan yang lebih rendah, mengontrol gambar yang mengganggu, kenangan dan mimpi buruk.
Dalam pemberian obat
kepada client PTSD diharuskan memakai
resep yang telah diberikan oleh dokter atau terapis mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Solichah, M. 2013. Assesment Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Perempuan Korban
Perkosaan (Acquaintance Rape).
http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/download/331/221. Diakses
pada tanggal 9 April 2017
ADAA. Posttraumatic
Stress Disorder PTSD. https://www.adaa.org/sites/default/files/ADAA_PTSD.pdf
Diakses pada tanggal 10 April 2017
http://www.traumacenter.org/resources/pdf_files/PTSD_Treatments.pdf
Diakses pada tanggal 10 April 2017