Selasa, 31 Oktober 2017

#SIP CBIS

Definisi CBIS (Computer Based Information System)

            Menurut Mc Leod (dalam Restuningdiah dan Wardoyo, 2015) CBIS dikembangkan melalui tahap-tahap perencanaan, analisis, rancangan, penerapan, dan penggunaan. Tahap-tahap ini disebut siklus kehidupan sistem dan dapat dilakukan oleh pemakai bekerja sama dengan para spesialis informasi. Menurut Laudon, K. C. & Laudon, J. P. (2007), CBIS merupakan sistem informasi untuk pemrosesan dan penyebaran informasi yang mengandalkan peranti keras dan lunak komputer.



Evolusi Sistem Informasi Berbasis Komputer

  • Fokus pada data: pengolahan data menggunakan EDP (mesin pengolah data elektronik
  • Fokus pada informasi: konsep penggunaan komputer pada SIM
  • Fokus pada penunjang keputusan: sistem pendukung keputusan
  • Fokus pada komunikasi: perhatian diberikan pada otomatisasi perkantoran
  • Fokus pada konsultasi: sistem pakar




DAFTAR PUSTAKA

http://ayu_ws.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38695/Evolusi+dan+Aplikasi+Sistem+Informasi+Berbasis+Komputer.pdf
Laudon, K. C. & Laudon, J. P. (2007). Management information system 10th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Restuningdiah, N. & Wardoyo, C. (2015). Iptek bagi masyarakat: Perancangan dan implementasi software laporan keuangan untuk kelompok peternak bebek di desa kebonduren kabupaten Blitar. Malang: Universitas Negeri Malang. Jurnal Akuntansi Aktual, (3)2.

#SIP DATA

Hierarki Data


            Data merupakan fakta mengenai suatu objek seperti manusia, benda, peristiwa, konsep, keadaan dan sebagainya yang dapat dicatat dan mempunyai arti secara implisit. Data dapat dinyatakan dalam bentuk angka, karakter atau simbol, sehingga bila data dikumpulkan dan saling berhubungan maka dikenal dengan istilah basis data (database) (Ramez, dalam Dzacko, 2007). Sedangkan menurut Chou (dalam Dzacko, 2007) basis data merupakan kumpulan informasi bermanfaat yang diorganisasikan ke dalam aturan yang khusus. Data diorganisasikan kedalam bentuk elemen data (field), rekaman (record), dan berkas (file). Definisi dari ketiganya adalah sebagai berikut: 
·         Elemen data adalah satuan data terkecil yang tidak dapat dipecah lagi menjadi unit lain yang bermakna. Misalnya data siswa terdiri dari NIS, Nama, Alamat, Telepon atau Jenis Kelamin. 
·         Rekaman merupakan gabungan sejumlah elemen data yang saling terkait. Istilah lain dari rekaman adalah baris atau tupel. 
·         Berkas adalah himpunan seluruh rekaman yang bertipe sama.

Penyimpanan Data (DASD/SASD)
            Data disimpan dalam sebuah komponen yang disebut media penyimpanan (storage media). Perangkat keras untuk menulis data ke dalam media penyimpanan tersebut dan membacanya dari media penyimpanan disebut dengan alat penyimpanan (storage device). Secondary storage merupakan tempat penyimpanan luar karena tempat penyimpanan tersebut terpisah dari luar komputer itu sendiri yang biasa digunakan untuk menyimpan data dan program dalam bentuk semi permanen. Secondary storage terdapat dua macam, yaitu:
  • Sequential Access Storage Device (SASD)
Prosesnya lambat karena untuk mencari data tertentu harus selalu dimulai dari awal. Sudah jarang dipakai dan umumnya hanya untuk backup data. Contohnya Magnetic Tape
  • Direct Access Storage Device (DASD)
Dalam pengambilan data tertentu tidak perlu dicari dari awal, tetapi bisa langsung ke data yang dituju. Oleh karena itu, prosesnya lebih cepat dibandingkan dengan SASD.

Pemrosesan Data (batch, OnLine, RealTime)
            Terdapat tiga macam pemrosesan data, yaitu:
  • Batch
Terdapat jeda antara waktu terjadinya suatu kegiatan dengan waktu pencatatannya. Umumnya lebih sedikit sumber daya (perangkat keras, pemograman, pelatihan) yang dibutuhkan. Record tertentu diproses adalah peristiwa terjadi untuk menghindari penundaan operasional.
  • OnLine
Pemrosesan data secara online, dengan adanya online processing penggunaan source document semakin berkurang. Web browser adalah software yang digunakan sebagai interface untuk online processing. Contohnya adalah web browsing yang cukup popular yaitu IE, Mozilla Firefox dan Opera.
  • RealTime
Pemrosesan dilakukan ketika suatu kegiatan terjadi. Lebih banyak sumber daya yang dibutuhkan daripada pemrosesan Batch. Semua record yang berkaitan dengan peristiwa diproses dengan segera.

Database (struktur dan peranan database)
            Database adalah sekumpulan data yang memiliki hubungan secara logika dan diatur dengan susunan tertentu serta disimpan dalam media penyimpanan komputer. Data terdiri atas representasi dari semua fakta yang ada pada dunia nyata. Database sering digunakan untuk melakukan proses terhadap data-data tersebut untuk menghasilkan informasi tertentu, misalnya dari data nama dan tanggal lahir siswa kita dapat menerima informasi nama dan siswa yang berulang tahun hari ini.
Struktur pada database yaitu:
  • Field (medan) adalah data terkecil yang memiliki makna
  • Record (rekaman) adalah sekumpulan dari elemen data yang saling terkait
  • Tabel menghimpun sejumlah rekaman (record)
  • Basis data adalah sekumpulan data yang memiliki hubungan yang diatur dengan susunan tertentu serta disimpan dalam media penyimpanan komputer
Peranan utama dalam database yaitu:
  • Selalu menyediakan data bagi penggunanya, sehingga data selalu tersedia ketika dibutuhkan
  • Data dapat diakses dengan cepat oleh penggunanya
  • Data yang tersimpan harus lengkap untuk memenuhi kebutuhan penggunanya dan menjamin kemudahan bagi penggunanya
  • Harus akurat, sehingga dapat menekan kesalahan pada saat pemasukan dan penyimpanan data
  • Menyediakan fasilitas keamanan sehingga tidak dapat dimodifikasi atau dihapus oleh pengguna yang tidak bertanggungjawab
  • Dapat digunakan secara bersamaan dalam suatu perusahaan

DAFTAR PUSTAKA

Dzacko, H. (2007). Basis data (database). Indonesia: Mangosoft.
Hall, J. A. (2004). Accounting information system, 4th ed. Singapore: South-Western.
Mulyani, S. (2016). Metode analisis dan perancangan sistem; Edisi kedua, Cetakan pertama. Bandung: Abdi Sistematika.
Ukar, K. (2006). Student guide series pengenalan komputer. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Wahana Komputer. (2010). Shortcourse SQL server 2008 express. Yogyakarta: Penerbit ANDI OFFSET.

#SIP ARTIFICIAL INTELLIGENCE

Definisi Artificial Intelligence


            Menurut Solso, Maclin dan Maclin (2007) artificial intelligence adalah cabang ilmu komputer yang berhubungan dengan pengembangan komputer dan program komputer yang mampu meniru fungsi kognisi manusia.
            Menurut Wijaya (2013) artificial intelligence merupakan suatu konsep pemetaan suatu bahasa pemrograman yang dapat membuat suatu kesimpulan berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan didalam pemrograman. Dalam hal ini, banyak metode yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
            Menurut McCarthy (dalam Dahria, 2008) artificial intelligence digunakan untuk mengetahui dan memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku manusia.
            Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa artificial intelligence adalah cabang ilmu komputer yang dapat membuat suatu kesimpulan dan digunakan untuk mengetahui dan memodelkan proses berpikir manusia.

Sejarah Artificial Intelligence


            Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan termasuk bidang ilmu yang relatif muda. Pada tahun 1950-an para ilmuwan dan peneliti mulai memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaannya seperti yang bisa dikerjakan oleh manusia. Alan Turing, seorang matematikawan dari Inggris pertama kali mengusulkan adanya pengujian untuk melihat bisa tidaknya sebuah mesin dikatakan cerdas. Hasil pengujian tersebut kemudian dikenal dengan Turing Test, di mana mesin tersebut menyamar seolah-olah sebagai seseorang di dalam suatu permainan yang mampu memberikan respon terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan.
            Turing beranggapan bahwa, jika mesin dapat membuat seseorang percaya bahwa dirinya mampu berkomunikasi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa mesin tersebut cerdas (seperti layaknya manusia). Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) itu sendiri dimunculkan oleh seorang professor dari Massachusetts Institute of Technology yang bernama John McCarthy pada tahun 1956 pada Dartmouth Conference yang dihadiri oleh para peneliti AI. Pada konferensi tersebut juga didefinisikan tujuan utama dari kecerdasan buatan, yaitu mengetahui dan memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan kelakuan manusia tersebut.

Hubungan Artificial Intelligence dengan Kognisi Manusia
            Komputer dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang obyek, kegiatan (events), proses dan dapat memproses sejumlah besar informasi dengan lebih efisien dari yang dapat dikerjakan manusia. Namun di sisi lain, manusia dengan menggunakan insting dapat melakukan hal yang sulit diprogram pada komputer, yaitu kemampuan mengenali (recognize) hubungan antara hal-hal tersebut, menilai kualitas dan menemukan pola yang menjelaskan hubungan tersebut.

Artificial Intelligence dengan Sistem Pakar
            Sistem pakar pada komputer digunakan sebagai sarana untuk menyimpan pengetahuan para pakar, sehingga komputer memiliki keahlian menyelesaikan permasalahan dengan meniru keahlian yang dimiliki oleh pakar.
  • ELIZA: Dibuat oleh Joseph Weizenbaum pada tahun 1966. Merupakan salah satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi. Pada satu program yang spesifik bernama Doctor, ELIZA mengambil peran seperti seorang psikiater.
  • PARRY: Dibuat oleh Colby, Hilf, Weber, dan Kraemer pada tahun 1972. Merupakan sebuah program komputer yang mensimulasikan respons seorang pasien paranoid dan digunakan dalam tes untuk menguji kemampuan psikiater yang membedakan antara mesin dan manusia.
  • NETtalk: Program ini dikembangkan oleh Sejnowski pada tahun 1987 di sekolah medis Harvard dan Rosenberg di Universitas Princeton. Program ini merupakan sebuah simulasi jaringan neural yang membaca huruf dan melafalkan huruf-huruf tersebut dengan nyaring.

Peranan Artificial Intelligence dalam Psikologi
            Dapat membantu pekerjaan manusia untuk menyimpan dan memproses informasi dengan jumlah yang besar daripada kemampuan otak alamiah pada manusia.




DAFTAR PUSTAKA

Dahria, M. (2008). Kecerdasan buatan (artificial intelligence). Medan: STMIK Triguna Dharma. Jurnal SAINTIKOM, 5(2).
Solso, R. L., Maclin, O. H. dan Maclin, M. K. (2007). Psikologi kognitif edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wijaya, E. (2013). Analisis penggunaan algoritma breadth first search dalam konsep artificial intellegencia. Medan: STMIK Time Medan. Jurnal TIME, (2)1.

Selasa, 10 Oktober 2017

#SIP ARSITEKTUR KOMPUTER DAN SISTEM KOGNISI MANUSIA

ARSITEKTUR KOMPUTER

            Menurut Sora (2014) arsitektur komputer dapat dikategorikan sebagai ilmu dan sekaligus sebagai suatu seni mengenai cara interkoneksi antara berbagai komponen perangkat keras atau hardware untuk dapat menciptakan sebuah komputer yang dapat memenuhi kebutuhan fungsional, kinerja, dan juga target biayanya. Dalam bidang teknik komputer, definisi arsitektur komputer adalah suatu konsep perencanaan dan juga struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer atau ilmu yang bertujuan untuk perancangan sistem komputer.
            Terdapat dua bagian pokok dalam arsitektur komputer, yaitu Instructure Set Architecture yang merupakan spesifikasi yang menentukan bagaimana programmer bahasa mesin berinteraksi dengan komputer, dan Hardware System Architecture yaitu subsistem hardware dasar yang terdiri atas CPU, Memori, serta OS.



SISTEM KOGNISI MANUSIA
            Era dekade 1990-an dinyatakan oleh kongres Amerika Serikat sebagai dekade otak, pada periode tersebut banyak berlangsung kajian penelitian tentang otak. Pada periode ini penelitian-penelitian psikologi banyak diarahkan pada penelitian bidang kognitif, termasuk munculnya berbagai penelitian intelegensi artifisial (artificial intelligence). Penelitian ini mendasari maraknya perkembangan komputer. Oleh karena itu, dalam dekade tersebut perkembangan dunia komputer pun tumbuh dengan cepat (Satiadarma dan Zahra, 2004)
            Menurut Harun (dalam Afidah, 2014) neurosains kognitif merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada di dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan dan kaitannya dengan pembelajaran. Bagi teori neurosains, sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal bagi proses pembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara proses kognitif yang terdapat di dalam otak, yang dapat diartikan bahwa setiap perintah yang diproses oleh otak akan mengaktifkan daerah-daerah penting yang ada di otak.
            Otak merupakan CNS (Central Nervous System) yang berfungsi untuk menerima, memproses, menginterpretasikan dan menyimpan informasi sensoris yang datang seperti rasa, suara, bau, warna, tekanan pada kulit dan sebagainya. Sedangkan saraf tulang belakang merupakan kumpulan neuron dan jaringan pendukung yang dimulai dari dasar otak sebagai perpanjangan otak yang menjulur di sepanjang punggung bagian tengah dan dilindung oleh tulang belakang.
            Dalam pandangan psikologi kognitif, otak merupakan pusat pengelolaan informasi. Informasi diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari yang ditangkap oleh penginderaan. Hasil informasi melalui jaringan saraf tertentu ke susunan saraf pusat di otak. Dalam susunan saraf pusat ini, berbagai informasi diolah dan hasil pengolahan informasi tersebut menghasilkan pemahaman tentang suatu pengalaman.
            Lalu, proses selanjutnya adalah proses encoding, yaitu proses penalaran seseorang untuk menerjemahkan pengalaman hidupnya ke dalam pustaka ingatan yang tersimpat dalam gudang ingatan. Proses ini merupakan proses pengkodean dengan cara memberikan kode atas suatu hal. Dari prose encoding, individu mengolah informasi yang berpusat di otak. Hasil pengolahan data ini kemudian membentuk suatu skema atas suatu pemetaan. Pemetaan ini memungkinkan seseorang memahami suatu hal, merefleksikan suatu kejadian, mengembangkan angan-angan, membuat perencanaan dengan matang dan realistis, dan sebagainya.
            Selanjutnya, proses mengenali pola. Pada awalnya, individu mengalami peristiwa tertentu dan merekam peristiwa tersebut ke dalam ingatan pada fungsi kognitif. Ketika individu mengalami peristiwa serupa di waktu mendatang, ia dapat mengenali kembali peristiwa yang dialaminya sehingga respon terhadap peristiwa tersebut semakin akurat.
            Pada proses penyimpanan data pengalaman diawali dengan proses atensi (memperhatikan). Objek yang diperhatikan lalu direkam dalam ingatan dan direkam dalam bentuk ikon yang dapat diingat kembali dengan mudah. Namun, hal yang diingat tersebut dapat dengan mudah terlupakan akibat muncul informasi baru atau adanya informasi terdahulu yang memiliki daya gugah lebih besar. Oleh karena itu, jika individu ingin mempertahankan ingatannya, ia perlu melakukan aktivitas pengulangan (rehearsal).

KAITAN ANTARA ARSITEKTUR KOMPUTER DENGAN SISTEM KOGNISI MANUSIA 
            Kaitan antara arsitektur komputer dengan sistem kognisi manusia ialah keduanya merupakan satu kesatuan yang dapat mengolah dan menyimpan suatu informasi yang sudah didapatkan dari stimulus-stimulus yang diterima. Sistem kognisi manusia dengan komputer sama-sama menerima informasi yang masuk melalui otak pada manusia dan input pada komputer. Saat menerima informasi tersebut, otak dan komputer akan sama-sama memproses informasi yang masuk, jika pada komputer disebut dengan storage pada manusia akan diproses dengan suatu sistem kognisi atau otak. Sehingga, dapat dikatakan bahwa komputer dan sistem kognisi manusia saling terkait satu sama lain.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARSITEKTUR KOMPUTER DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KOGNISI MANUSIA 
1.      KELEBIHAN
Komputer memiliki pengoperasian hitung dan logika dengan baik, sedangkan manusia mampu untuk membuat kesimpulan, memiliki emosi dan mampu memahami pola yang kompleks.
2.      KEKURANGAN
Komputer tidak mampu membuat kesimpulan, memiliki emosi dan mampu memahami pola yang kompleks seperti manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Afidah, M. (2014). Neuorsains kognitif: Memahami proses kognisi otak. Diakses dari www.kompasiana.com pada tanggal 10 Oktober 2017.
Satiadarma, M. P. dan Zahra, R. P. (2004). Cerdas dengan musik. Depok: Puspa Sehat.
Sora, N. (2014). Penjelasan arsitektur komputer secara lebih jelas. Diakses dari www.pengertianku.net pada tanggal 9 Oktober 2017.

Senin, 09 Oktober 2017

#SIP SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

            Pengertian sistem menurut Ladjamudin (dalam Fahrudin, Purnama dan Riasti, 2011) adalah bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Secara garis besar ada dua kelompok pendekatan sistem, yaitu pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen-elemen atau kelompoknya didefinisikan sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu aturan tertentu. Adapun pengertian sistem menurut Roomey (dalam Sidh, 2013) merupakan suatu rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling beerhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.




            Pengertian informasi menurut Ladjamudin (dalam Fahrudin, Purnama dan Riasti, 2011) adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya. Data adalah kenyataan yang menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian adalah sesuatu  yang terjadi pada saat tertentu. Menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang berguna untuk para pengambil keputusan.

            Pengertian psikologi menurut Dakir (1993) yaitu tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. Sedangkan, menurut Muhibbinsyah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya. Adapun psikologi menurut Sarwono (2012) psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.

            Menurut Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal. Contoh dalam sistem informasi psikologi adalah banyak terdapat perusahaan yang menggunakan software alat tes untuk melakukan seleksi pada calon karyawan karena lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan menggunakan alat tes secara manual, salah satunya seperti Test Rorschach.



DAFTAR PUSTAKA

Dakir. 1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Fahrudin, A., Purnama, B. E. dan Riasti, B. K. (2011). Pembangunan sistem informasi layanan haji berbasis web pada kelompok bimbingan ibadah haji ar-rohman mabrur kudus. Surakarta: Universitas Surakarta. Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi (3). 1.

Gaol, C.J.L (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo.

Jogiyanto. (2005). Analisis dan desain sistem informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Muhibbinsyah. (2001). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sarwono, S. W. (2012). Pengantar psikologi umum. Jakarta: Rajawali Press.

Sidh, R. (2013). Peranan brainware dalam sistem informasi manajemen. Bandung: Balai Informasi Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jurnal Computech & Bisnis (7). 1.

Rabu, 12 Juli 2017

Rangkuman Psikoterapi Kelompok

Nama: Aisyah Rahman Amrullah
NPM : 10514645
KELOMPOK 1
- Aisyah Rahman A.
- Alya Putri A.
- Anisa Faradisa
- Anisza Amalia
- Astri Kartikasari
- Chairul Rama
- Ellisa Ariningtyas
(Terapi Permainan Dialog, Terapi Emotion Reeducational, dan Self-Instructional Therapy)


PENDEKATAN GESTALT
Permainan Dialog

Sejarah Pendekatan Gestalt
            Frederick S (“Fritz”) Perls (1893-1970) pencetus utama dan pengembang teori Gestalt/ Lahir di Berlin dari keluarga Yahudi kelas menengah bawah. Dia merasa bahwa dirinya menjadi sumber masalah bagi orang tuanya, dia gagal dua kali pada tingkat tujuh dan terbuang dari sekolahnya. Dia berusaha menyelesaikan sekolahnya dan mendapat gelar MD. Dengan spesialisasi sebagai psikiater. Pada tahun 1916 ia bergabung dengan tentara jerman sebagai tenaga medis pada Perang Dunia I.
            Setelah perang, Pearls bekerja bersama Kurt Goldstein pada institute Goldstein untuk kerusakan otak tentara di Frankfurt dari sinilah ia melihat pentingnya manusia dipandang sebagai satu keseluruhan buka dari sejumlah fungsi bagian-bagiannya. Kemudia ia pindah ke Wina dan memulai latihan psikoanalisisnya. Perl di analisis oleh Wilhelm Reich, ahli psikoanalisis yang menokohi metode-metode pemahanan dan perubahan kepribadian melalui terapi tubuh. Dia juga di awasi oleh sejumlah tokoh pergerakan psikoanalisis termasuk Karen Horney.
            Setelah itu, Perls pindah ke Amerika pada tahun 1946 dan mendirikan Institut Terapi Gestalt New York pada tahun 1952. Bahkan dia tinggal di Big Sur, California, dan memberi workshop dan seminar di Institut Esalen, menata reputasinya sebagai seorang inovator psikoterapi. Disini ia memiliki pengaruh besar pada masyarakat, sebagian karena profesionalisme menulisnya, dan sebagian besar karena hubungan pribadinya dalam workshopnya. Secara pribadi, Perls adalah orang penting dan membingungkan. Masyarakat menyeganinya atau kadangkala menganggapnya sebagai orang yang kejam. Dia dipandang berbeda-beda sebagai orang yang berwawasan, bijak, cemerlang, provokatif, manipulatif, bermusuhan, penuntut, dan inspirasional. Sayangnya, beberapa orang yang mengikuti workshopnya menjadi pengikut dan menyebarkan ajaran terapi Gestalt.
             Laura Posner Perls (1905-1990) lahir di Pforzhein, German. Dia mulai main piano semenjak usia 5 tahun dan mampu memainkannya secara profesional pada usia 18 tahun. Sejak usia 8 tahun dia mengikuti tarian modern yang kemudian menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dari sana Laura mulai praktek sebagai psikoanalis, dia mempersiapkan karirnya sebagai pemain piano, masuk sekolah Hukum, mendapat title di Psikologi Gestalt, dan mendirikan studi Filsafat Gestalt. Jelasnya Laura memiliki latar belakang yang kaya ketika bertemu dengan Fritz tahun 1926 dan memulai kerja-samanya yang menghasilkan terapi Gestalt, Laura dan Fritz menikah pada tahun 1930. Mereka mendirikan institut New York untuk Terapi Gestalt dan membuat pelatihan dalam pendekatannya. Sebagai tim mereka memberikan kontribusi bagi perkembangan dan mempertahankan pergerakan terapi Gestalt di Amerika dari akhir tahun 1940an sampai kematiannya tahun 1990.
            Teori Gestalt merupakan sebuah pendekatan fenomenologis-eksistensial berdasarkan premis bahwa setiap individu harus memahami konteks hubungannya dengan lingkungannya. Tujuan awalnya adalah bagi klien untuk memperoleh kesadaran, akan pengalaman dan bagaimana mereka mengalaminya. Dengan kesadaran ini, perubahan secara otomatis terjadi. Pendekatannya bersifat fenomenologis karena terfokus pada persepsi klien akan realitas dan bersifat eksistensial karena berdasarkan dugaan bahwa manusia selalu dalam proses menjadi dan mencari diri sendiri. Sebagai pendekatan eksistensial, terapi Gestalt memberikan perhatian khusus pada eksistensi sebagai individu yang mengalaminya dan menegaskan kapasitas pertumbuhan dan penyembuhan melalui hubungan interpersonal dan wawasan (Yontef, 1995).
            Meskipun Fritz Perls dipengaruhi oleh konsep psikoanalisis, ia mengambil isu-isu dari teori Freud sebagai beberapa dasar teorinya. Pandangan Freud pada manusia secara mendasar bersifat mekanis, sedangkan Perls menekankan pendekatan holistik pada masalah kepribadian. Freud terfokus pada penekanan konflik intrapsikis sejak masa kanak-kanak, sedangkan Pearls menilai pengujian pada situasi yang ada saja.
Salah satu aturan ahli terapi adalah untuk mengarahkan fokus fenomenologis, atau untuk membantu klien dalam membangun kesadaran mereka. Kesadaran meliputi wawasan, penerimaan diri, pengetahuan akan lingkungan, pertanggungjawaban atas pilihan, dan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

Definisi Permainan Dialog
            Permainan dialog merupakan salah satu teknik dalam pendekatan Gestalt yang bertujuan untuk mengarahkan diri client pada suatu posisi dimana client dapat berani mengambil resiko dalam situasi yang saling bertentangan, misalnya kecenderungan orangtua lawan kecenderungan anak; kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; kecenderungan ”anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”; dan kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.

Tahap Pelaksanaan Permainan Dialog
            Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan yaitu, kecenderungan top dog (adil, menuntut, dan berlaku sebagai majikan) dan under dog (korban, bersikap tidak berdaya, membela diri, dan tak berkuasa). Disini ada permainan kursi kosong, yaitu klien diharapkan bermain dialog dengan memerankan top dog maupun under dog sehingga klien dapat merasakan keduanya dan dapat melihat sudut pandang dari keduanya.

Kelebihan dan Kekurangan Permainan Dialog
1. Kelebihan Permainan Dialog
a. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
b.Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
c.  Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
d.    Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
e.  Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
2. Kekurangan Permainan Dialog            
a.    Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuhTerapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif
b.   Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain
c.    Terdapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
d.   Para klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.



PENDEKATAN PSIKOANALISIS
Emotion Reeducational

Definisi Emotion Reeducational
            Emotion Reeducational adalah salah satu teknik dalam psikoanalisis yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam memperoleh insight mengenai penyebab perilakunya atau di kehidupan sehari-hari.

Tahap Pelaksanaan Emotion Reeducational
Wawancara awal
Developing of transference, yaitu melakukan diskusi mengenai dorongan atau konflik tidak disadari dari masa lalu terhadap significant other
Working through, yaitu merealisasikan hal-hal yang diperoleh dalam tahap insight
Resolution of transference, yaitu jika pasien dan terapis merasa puas dengan tujuan utama yang telah tercapai, maka pasien akan mendapatkan kehidupan yang baru
Kelebihan dan Kekurangan Emotion Reeducational
1. Kelebihan Emotion Reeducational
a.     Freud membuat jelas bahwa manusia sering berpikir dan berperilaku dengan dorongan yang tidak mereka akui
b.   Freud berani dan tanggap melakukan observasi yang membuahkan teori kepribadian pertama dan teknik psikoterapi pertama yang efektif
c.     Freud mengidentifikasi pengaruh dini bentuk perkembangan kepribadian yang berimplikasi pada perkembangan anak
d.   Freud mengembangkan model wawancara sebagai konseling
e.     Psikoanalisis adalah sebuah sistem yang memiliki kesesuaian yang tinggi antara teori dan teknik
f.     Teori psikoanalisis dalam menjelaskan kepribadian manusia secara komprehensif dan kompleks
2. Kekurangan Emotion Reeducational
a.     Freud menjelaskan bahwa perilaku seseorang hanya disebabkan oleh dorongan-dorongan seksual
b.   Istilah ego, id, dan superego; alam sadar dan alam bawah sadar; tahap oral dan tahap falik; analisis mimpi dan sebagainya tidak memiliki definisi operasional yang artinya istilah tersebut tidak dijabarkan dalam operasi atau perilaku yang spesifik. Peneliti harus menyusun sendiri definisi untuk sederetan istilah dalam psikoanalisis.
PENDEKATAN KOGNITIF
Self-Instructional Therapy

Definisi Self-Instructional Therapy
            Self-Instruction Training merupakan sebuah metodologi yang diadaptasi dari modifikasi konseling kognitif perilaku yang dikembangkan oleh Meichenbaum pada tahun 1977. Meichenbaum menduga bahwa beberapa perilaku ensitivee dipengaruhi oleh pikiran irasional yang menyebabkan verbalisasi diri yang tidak tepat (Baker & Butler, 1984).
            Pendekatan self-instruction ini merupakan sebuah latihan untuk meningkatkan ensiti diri dengan   menggunakan verbalisasi  diri  sebagai rangsangan dan penguatan selama menjalani treatment (Blackwood, et al., dalam Tang, 2006). Self-instruction training adalah suatu teknik untuk membantu  klien terhadap apa yang konseli ensitiv kepada dirinya dan menggantikan pernyataan diri  yang  lebih adaptif  (Ilfiandra, 2008). Hal ini berdasarkan pada asumsi Meichenbaum (Baker & Butler, 1984) yang menyatakan bahwa individu yang mengalami perilaku salah  suai  dikarenakan  pikiran  irasional yang diakibatkan kesalahan dalam melakukan verbalisasi diri. Oleh karena itu, teknik self- instruction berperan untuk mengganti verbalisasi diri yang kurang tepat dengan verbalisasi yang lebih dapat diterima.

Tahap Pelaksanaan Self-Instruction Therapy
1.      Metode non direktif, yaitu dengan  memberikan  instruksi kepada konseli, kemudian konseli mencobanya secara berulang-ulang melalui aktivitas dan verbalisasi.
2.      Metode interaktif yang  dipasangkan  dengan  teknik  ensiti  diri  seperti monitoring diri, evaluasi diri, dan penguatan diri.
3.      Metode penerapan modeling, imitasi dan eksekusi, yaitu terapis mencontohkan, kemudian  konseli  menirukannya bersama terapis. Saat konseli dirasa mampu, maka konseli diinstruksikan untuk mengerjakannya sendiri
            Dalam menangani masalah akademik, teknik self-instruction yang digunakan adalah model  Meichenbaum &  Goodman  (Rokke &  Rehm  dalam Sugara, 2011) yang menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang digunakan dalam teknik ini, yaitu:
Tahap pertama, yaitu  pengumpulan  informasi yang berkaitan dengan konseptualisasi masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini konseli diharapkan lebih ensitive terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis dan pola reaksi terhadap orang lain dan lingkungan belajar.
Tahapan kedua, yaitu melakukan  konseptualisasi  terhadap  masalah.  Pada tahapan  ini  konselor  merencanakan intervensi dalam konteks melakukan observasi terhadap masalah. Konselor mengidentifikasi pikiran dan perasaan yang irasional yang menyebabkan terjadinya masalah.
Tahapan ketiga, yaitu melakukan perubahan langsung. Tahapan ini merupakan tahapan perubahan perilaku dengan menggunakan ungkapan diri.
      Teknik self-instruction yang digunakan dalam mereduksi stres akademik ini bertujuan untuk melakukan restrukturisasi sistem berpikir melalui perubahan verbalisasi  diri  yang  positif,  sehingga  melahirkan  perilaku  yang  lebih  adaptif. Adapun prosedur dalam melakukan teknik self-instruction untuk mereduksi stres akademik  yang  disebutkan  oleh Meichenbaum & Goodman adalah sebagai berikut:
1.      Konselor menjadi model dengan memverbalisasikan langkah-langkah dalam self-instruction  dengan suara keras.
2.      Konseli melakukan  verbalisasi  seperti  yang  dicontohkan  oleh  konselor dengan suara keras.
3.      Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan suara yang keras seperti apa yang konselor bisikkan kepadanya.
4.      Konseli mengungkapkan  verbalisasi  diri  dengan suara berbisik  dengan melihat gerak bibir konselor yang memberikan isyarat kepadanya.
5.      Konseli melakukan tugasnya dengan hanya menggerakkan bibir dan tanpa suara.
6.      Konseli diminta  untuk  mengucapkan  kata-kata  untuk  dirinya  sendiri  saat melakukan teknik ini.
            Self-instruction therapy  dimaksudkan sebagai strategi pemecahan masalah yang  dialami oleh anak.  Sesuai  dengan  pendapat  Meichenbaum  dan Asarnow bahwa seharusnya  mengajarkan anak untuk  tidak  berpikir “apa” melainkan“bagaimana” dalam melakukan  sesuatu, serta untuk memfasilitasi prosedur  mediasi  kognitif  dalam  memecahkan permasalahan  anak  (Bryant  & Budd, 1982).

Kelebihan dan Kekurangan dalam Self-Instruction Therapy
1. Kelebihan Self-Instruction Therapy
Dapat mengukur kemampuan interpersonal dan kemampuan sosial seseorang
Membangun keterampilan sosial seseorang
Keterampilan berkomunikasi atau bersosialisasi
Pelatihan ketegasan
Keterampilan meningkatkan hubungan
Pelatihan resolusi konflik dan manajemenagresi
Tidak berfokus pada satu sisi saja (tidak hanya perilaku) tetapi juga dalam kognitif seseorang
2. Kekurangan Self-Instruction Therapy
Hanya mengukur dan mengatahui kondisi pada saat itu, selain itu membutuhan waktu yang relatif lama.

DAFTAR PUSTAKA

Baker, S. B. & James N. B. (1984). Effect of Preventife Cognitive Self- Instruction  Training  on  Adolescent  Attitudes,  Experiences, and  State Anxiety. Journal of Premary Prevention. Vol. 5(1), 17-25.

Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Bryant,  L. E. &  Karren  S.  B.  (1982).  Self  Instructional  Training  To Increase  Independent  Work  Performance  In  Pre  School.  Journal  of Applied Behaviour Analysis. Vol. 15(2), 56-67.

Corey, G. (1995).Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Eresco.

Gunarsa, S. D. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hall, C. S. & Lindzey, G. Theories of Personality. New York: John Wiley & Sons.

Ilfiandra.  (2008).  Model  Konseling  Kelompok  Berbasis  Pendekatan  Kognitif Perilaku Untuk Mengurangi Gejala Prokrastinasi Akademik. (Disertasi). Bandung: SPS UPI.

Subandi, M.A. Psikoterapi. Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM: Pustaka Pelajar

Sugara,   G. S.   (2011). Efektivitas Teknik Self-Instruction dalam Menangani Kejenuhan Belajar. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Tang, C. J. (2006). The Effects of Self-Instruction Strategy on the Time Spent on Putting on Shoes Behavior in One Student with Cerebral Palsy. Journal of Chang Gung Institute of Technology. Vol. 6, 75-84.

Jumat, 07 Juli 2017

TUGAS PSIKOTERAPI KELOMPOK

Nama: Aisyah Rahman Amrullah
NPM : 10514645
KELOMPOK 1 
- Aisyah Rahman A.
- Alya Putri A.
- Anisa Faradisa
- Anisza Amalia
- Astri Kartikasari
- Chairul Rama
- Ellisa Ariningtyas
(Terapi Permainan Dialog, Terapi Emotion Reeducational, dan Self-Instructional Therapy)


PENDEKATAN GESTALT
Permainan Dialog

Sejarah Pendekatan Gestalt
            Frederick S (“Fritz”) Perls (1893-1970) pencetus utama dan pengembang teori Gestalt/ Lahir di Berlin dari keluarga Yahudi kelas menengah bawah. Dia merasa bahwa dirinya menjadi sumber masalah bagi orang tuanya, dia gagal dua kali pada tingkat tujuh dan terbuang dari sekolahnya. Dia berusaha menyelesaikan sekolahnya dan mendapat gelar MD. Dengan spesialisasi sebagai psikiater. Pada tahun 1916 ia bergabung dengan tentara jerman sebagai tenaga medis pada Perang Dunia I.
            Setelah perang, Pearls bekerja bersama Kurt Goldstein pada institute Goldstein untuk kerusakan otak tentara di Frankfurt dari sinilah ia melihat pentingnya manusia dipandang sebagai satu keseluruhan buka dari sejumlah fungsi bagian-bagiannya. Kemudia ia pindah ke Wina dan memulai latihan psikoanalisisnya. Perl di analisis oleh Wilhelm Reich, ahli psikoanalisis yang menokohi metode-metode pemahanan dan perubahan kepribadian melalui terapi tubuh. Dia juga di awasi oleh sejumlah tokoh pergerakan psikoanalisis termasuk Karen Horney.
            Setelah itu, Perls pindah ke Amerika pada tahun 1946 dan mendirikan Institut Terapi Gestalt New York pada tahun 1952. Bahkan dia tinggal di Big Sur, California, dan memberi workshop dan seminar di Institut Esalen, menata reputasinya sebagai seorang inovator psikoterapi. Disini ia memiliki pengaruh besar pada masyarakat, sebagian karena profesionalisme menulisnya, dan sebagian besar karena hubungan pribadinya dalam workshopnya. Secara pribadi, Perls adalah orang penting dan membingungkan. Masyarakat menyeganinya atau kadangkala menganggapnya sebagai orang yang kejam. Dia dipandang berbeda-beda sebagai orang yang berwawasan, bijak, cemerlang, provokatif, manipulatif, bermusuhan, penuntut, dan inspirasional. Sayangnya, beberapa orang yang mengikuti workshopnya menjadi pengikut dan menyebarkan ajaran terapi Gestalt.
             Laura Posner Perls (1905-1990) lahir di Pforzhein, German. Dia mulai main piano semenjak usia 5 tahun dan mampu memainkannya secara profesional pada usia 18 tahun. Sejak usia 8 tahun dia mengikuti tarian modern yang kemudian menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dari sana Laura mulai praktek sebagai psikoanalis, dia mempersiapkan karirnya sebagai pemain piano, masuk sekolah Hukum, mendapat title di Psikologi Gestalt, dan mendirikan studi Filsafat Gestalt. Jelasnya Laura memiliki latar belakang yang kaya ketika bertemu dengan Fritz tahun 1926 dan memulai kerja-samanya yang menghasilkan terapi Gestalt, Laura dan Fritz menikah pada tahun 1930. Mereka mendirikan institut New York untuk Terapi Gestalt dan membuat pelatihan dalam pendekatannya. Sebagai tim mereka memberikan kontribusi bagi perkembangan dan mempertahankan pergerakan terapi Gestalt di Amerika dari akhir tahun 1940an sampai kematiannya tahun 1990.
            Teori Gestalt merupakan sebuah pendekatan fenomenologis-eksistensial berdasarkan premis bahwa setiap individu harus memahami konteks hubungannya dengan lingkungannya. Tujuan awalnya adalah bagi klien untuk memperoleh kesadaran, akan pengalaman dan bagaimana mereka mengalaminya. Dengan kesadaran ini, perubahan secara otomatis terjadi. Pendekatannya bersifat fenomenologis karena terfokus pada persepsi klien akan realitas dan bersifat eksistensial karena berdasarkan dugaan bahwa manusia selalu dalam proses menjadi dan mencari diri sendiri. Sebagai pendekatan eksistensial, terapi Gestalt memberikan perhatian khusus pada eksistensi sebagai individu yang mengalaminya dan menegaskan kapasitas pertumbuhan dan penyembuhan melalui hubungan interpersonal dan wawasan (Yontef, 1995).
            Meskipun Fritz Perls dipengaruhi oleh konsep psikoanalisis, ia mengambil isu-isu dari teori Freud sebagai beberapa dasar teorinya. Pandangan Freud pada manusia secara mendasar bersifat mekanis, sedangkan Perls menekankan pendekatan holistik pada masalah kepribadian. Freud terfokus pada penekanan konflik intrapsikis sejak masa kanak-kanak, sedangkan Pearls menilai pengujian pada situasi yang ada saja.
Salah satu aturan ahli terapi adalah untuk mengarahkan fokus fenomenologis, atau untuk membantu klien dalam membangun kesadaran mereka. Kesadaran meliputi wawasan, penerimaan diri, pengetahuan akan lingkungan, pertanggungjawaban atas pilihan, dan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

Definisi Permainan Dialog
            Permainan dialog merupakan salah satu teknik dalam pendekatan Gestalt yang bertujuan untuk mengarahkan diri client pada suatu posisi dimana client dapat berani mengambil resiko dalam situasi yang saling bertentangan, misalnya kecenderungan orangtua lawan kecenderungan anak; kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; kecenderungan ”anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”; dan kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.

Tahap Pelaksanaan Permainan Dialog
            Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan yaitu, kecenderungan top dog (adil, menuntut, dan berlaku sebagai majikan) dan under dog (korban, bersikap tidak berdaya, membela diri, dan tak berkuasa). Disini ada permainan kursi kosong, yaitu klien diharapkan bermain dialog dengan memerankan top dog maupun under dog sehingga klien dapat merasakan keduanya dan dapat melihat sudut pandang dari keduanya.

Kelebihan dan Kekurangan Permainan Dialog
1. Kelebihan Permainan Dialog
a. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
b.Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
c.  Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
d.    Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
e.  Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
2. Kekurangan Permainan Dialog              
a.    Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuhTerapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif
b.   Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain
c.    Terdapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
d.   Para klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.



PENDEKATAN PSIKOANALISIS
Emotion Reeducational

Definisi Emotion Reeducational
            Emotion Reeducational adalah salah satu teknik dalam psikoanalisis yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam memperoleh insight mengenai penyebab perilakunya atau di kehidupan sehari-hari.

Tahap Pelaksanaan Emotion Reeducational
  1. Wawancara awal
  2. Developing of transference, yaitu melakukan diskusi mengenai dorongan atau konflik tidak disadari dari masa lalu terhadap significant other
  3. Working through, yaitu merealisasikan hal-hal yang diperoleh dalam tahap insight
  4. Resolution of transference, yaitu jika pasien dan terapis merasa puas dengan tujuan utama yang telah tercapai, maka pasien akan mendapatkan kehidupan yang baru
Kelebihan dan Kekurangan Emotion Reeducational
1. Kelebihan Emotion Reeducational
a.     Freud membuat jelas bahwa manusia sering berpikir dan berperilaku dengan dorongan yang tidak mereka akui
b.   Freud berani dan tanggap melakukan observasi yang membuahkan teori kepribadian pertama dan teknik psikoterapi pertama yang efektif
c.     Freud mengidentifikasi pengaruh dini bentuk perkembangan kepribadian yang berimplikasi pada perkembangan anak
d.   Freud mengembangkan model wawancara sebagai konseling
e.     Psikoanalisis adalah sebuah sistem yang memiliki kesesuaian yang tinggi antara teori dan teknik
f.     Teori psikoanalisis dalam menjelaskan kepribadian manusia secara komprehensif dan kompleks
2. Kekurangan Emotion Reeducational
a.     Freud menjelaskan bahwa perilaku seseorang hanya disebabkan oleh dorongan-dorongan seksual
b.   Istilah ego, id, dan superego; alam sadar dan alam bawah sadar; tahap oral dan tahap falik; analisis mimpi dan sebagainya tidak memiliki definisi operasional yang artinya istilah tersebut tidak dijabarkan dalam operasi atau perilaku yang spesifik. Peneliti harus menyusun sendiri definisi untuk sederetan istilah dalam psikoanalisis.

           
PENDEKATAN KOGNITIF
Self-Instructional Therapy

Definisi Self-Instructional Therapy
            Self-Instruction Training merupakan sebuah metodologi yang diadaptasi dari modifikasi konseling kognitif perilaku yang dikembangkan oleh Meichenbaum pada tahun 1977. Meichenbaum menduga bahwa beberapa perilaku ensitivee dipengaruhi oleh pikiran irasional yang menyebabkan verbalisasi diri yang tidak tepat (Baker & Butler, 1984).
            Pendekatan self-instruction ini merupakan sebuah latihan untuk meningkatkan ensiti diri dengan   menggunakan verbalisasi  diri  sebagai rangsangan dan penguatan selama menjalani treatment (Blackwood, et al., dalam Tang, 2006). Self-instruction training adalah suatu teknik untuk membantu  klien terhadap apa yang konseli ensitiv kepada dirinya dan menggantikan pernyataan diri  yang  lebih adaptif  (Ilfiandra, 2008). Hal ini berdasarkan pada asumsi Meichenbaum (Baker & Butler, 1984) yang menyatakan bahwa individu yang mengalami perilaku salah  suai  dikarenakan  pikiran  irasional yang diakibatkan kesalahan dalam melakukan verbalisasi diri. Oleh karena itu, teknik self- instruction berperan untuk mengganti verbalisasi diri yang kurang tepat dengan verbalisasi yang lebih dapat diterima.

Tahap Pelaksanaan Self-Instruction Therapy
1.      Metode non direktif, yaitu dengan  memberikan  instruksi kepada konseli, kemudian konseli mencobanya secara berulang-ulang melalui aktivitas dan verbalisasi.
2.      Metode interaktif yang  dipasangkan  dengan  teknik  ensiti  diri  seperti monitoring diri, evaluasi diri, dan penguatan diri.
3.      Metode penerapan modeling, imitasi dan eksekusi, yaitu terapis mencontohkan, kemudian  konseli  menirukannya bersama terapis. Saat konseli dirasa mampu, maka konseli diinstruksikan untuk mengerjakannya sendiri
            Dalam menangani masalah akademik, teknik self-instruction yang digunakan adalah model  Meichenbaum &  Goodman  (Rokke &  Rehm  dalam Sugara, 2011) yang menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang digunakan dalam teknik ini, yaitu:
  1. Tahap pertama, yaitu  pengumpulan  informasi yang berkaitan dengan konseptualisasi masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini konseli diharapkan lebih ensitive terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis dan pola reaksi terhadap orang lain dan lingkungan belajar.
  2. Tahapan kedua, yaitu melakukan  konseptualisasi  terhadap  masalah.  Pada tahapan  ini  konselor  merencanakan intervensi dalam konteks melakukan observasi terhadap masalah. Konselor mengidentifikasi pikiran dan perasaan yang irasional yang menyebabkan terjadinya masalah.
  3. Tahapan ketiga, yaitu melakukan perubahan langsung. Tahapan ini merupakan tahapan perubahan perilaku dengan menggunakan ungkapan diri.
      Teknik self-instruction yang digunakan dalam mereduksi stres akademik ini bertujuan untuk melakukan restrukturisasi sistem berpikir melalui perubahan verbalisasi  diri  yang  positif,  sehingga  melahirkan  perilaku  yang  lebih  adaptif. Adapun prosedur dalam melakukan teknik self-instruction untuk mereduksi stres akademik  yang  disebutkan  oleh Meichenbaum & Goodman adalah sebagai berikut:
1.      Konselor menjadi model dengan memverbalisasikan langkah-langkah dalam self-instruction  dengan suara keras.
2.      Konseli melakukan  verbalisasi  seperti  yang  dicontohkan  oleh  konselor dengan suara keras.
3.      Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan suara yang keras seperti apa yang konselor bisikkan kepadanya.
4.      Konseli mengungkapkan  verbalisasi  diri  dengan suara berbisik  dengan melihat gerak bibir konselor yang memberikan isyarat kepadanya.
5.      Konseli melakukan tugasnya dengan hanya menggerakkan bibir dan tanpa suara.
6.      Konseli diminta  untuk  mengucapkan  kata-kata  untuk  dirinya  sendiri  saat melakukan teknik ini.
            Self-instruction therapy  dimaksudkan sebagai strategi pemecahan masalah yang  dialami oleh anak.  Sesuai  dengan  pendapat  Meichenbaum  dan Asarnow bahwa seharusnya  mengajarkan anak untuk  tidak  berpikir “apa” melainkan“bagaimana” dalam melakukan  sesuatu, serta untuk memfasilitasi prosedur  mediasi  kognitif  dalam  memecahkan permasalahan  anak  (Bryant  & Budd, 1982).

Kelebihan dan Kekurangan dalam Self-Instruction Therapy
1. Kelebihan Self-Instruction Therapy
  1. Dapat mengukur kemampuan interpersonal dan kemampuan sosial seseorang
  2. Membangun keterampilan sosial seseorang
  3. Keterampilan berkomunikasi atau bersosialisasi
  4. Pelatihan ketegasan
  5. Keterampilan meningkatkan hubungan
  6. Pelatihan resolusi konflik dan manajemenagresi
  7. Tidak berfokus pada satu sisi saja (tidak hanya perilaku) tetapi juga dalam kognitif seseorang
2. Kekurangan Self-Instruction Therapy
  1. Hanya mengukur dan mengatahui kondisi pada saat itu, selain itu membutuhan waktu yang relatif lama.

DAFTAR PUSTAKA

Baker, S. B. & James N. B. (1984). Effect of Preventife Cognitive Self- Instruction  Training  on  Adolescent  Attitudes,  Experiences, and  State Anxiety. Journal of Premary Prevention. Vol. 5(1), 17-25.

Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Bryant,  L. E. &  Karren  S.  B.  (1982).  Self  Instructional  Training  To Increase  Independent  Work  Performance  In  Pre  School.  Journal  of Applied Behaviour Analysis. Vol. 15(2), 56-67.

Corey, G. (1995).Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Eresco.

Gunarsa, S. D. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hall, C. S. & Lindzey, G. Theories of Personality. New York: John Wiley & Sons.

Ilfiandra.  (2008).  Model  Konseling  Kelompok  Berbasis  Pendekatan  Kognitif Perilaku Untuk Mengurangi Gejala Prokrastinasi Akademik. (Disertasi). Bandung: SPS UPI.

Subandi, M.A. Psikoterapi. Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM: Pustaka Pelajar

Sugara,   G. S.   (2011). Efektivitas Teknik Self-Instruction dalam Menangani Kejenuhan Belajar. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Tang, C. J. (2006). The Effects of Self-Instruction Strategy on the Time Spent on Putting on Shoes Behavior in One Student with Cerebral Palsy. Journal of Chang Gung Institute of Technology. Vol. 6, 75-84.


You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Translate